
Sub Koordinator Surveilans Imunisasi pada DKK Kudus Aniq Fuad.
kanalsuararakyat.com, KUDUS-Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus menemukan dua kasus penyakit difteri di kabupaten setempat. Penyakit tersebut menimpa anak berusia empat tahun dan dewasa berusia 21 tahun. Namun orang dewasa tersebut dinyatakan meninggal di RSUP dr Kariadi Semarang, baru-baru ini.
Kepala DKK Kudus dr. Andini Aridewi melalui Sub Koordinator Surveilans Imunisasi Aniq Fuad mengatakan, pasien dewasa yang terkena difteri dan meninggal tersebut, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi dua pekan setelah meninggal.
‘’Kami diberi tahu Dinas Kesehatan Provinsi, kalau (ada) warga Kudus yang meninggal karena positif difteri,’’ ungkapnya.
Sementara yang menimpa anak usia empat tahun, telah dilakukan penelusuran dan ternyata tertular dari neneknya yang positif difteri,’’Itu setelah kami lakukan pemeriksaan swab,’’ imbuhnya.
Kata Dia, tiga tahun pemerintah fokus menangani Covid-19, sehingga untuk imunisasi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi terabaikan. Dampaknya, sekarang ini muncul penyakit tersebut. Salah satunya difteri.
Guna mencegah kasus tersebut bertambah banyak, lanjutnya, DKK Kudus akan lebih serius memproteksi melalui fasilitas kesehatan (faskes) tingkat 1 yakni Puskesmas.
‘’Kami berupaya benar-benar mengenali secara detail gejala-gejala penyakit kejadian luar biasa (KLB),’’ tandasnya.
Masih kata Aniq, gejala yang ditimbulkan difteri, seperti suara serak, batuk, pilek, dan muncul benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening. Selain itu, menggigil, sesak nafas, demam dan penularannya melalui batuk, serta bersin.
‘’Jika merasakan gejala tersebut, (segera) lakukan pemeriksaan ke dokter,’’ tuturnya.
Aniq menambahkan, perlu juga diwaspadai penyakit KLB lainnya, meliputi polio, tetanus, campak, hepatitis, batuk rejang atau batuk 100 hari dan lainnya. ‘’Seharusnya memang digencarkan imunisasi dasar lengkap. Hanya terkendala ketersediaan stok vaksin dari pusat,’’ tutupnya. (F1)