kanalsuararakyat.com, KUDUS-Ratusan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang tergabung dalam Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) Kabupaten Kudus, mengikuti Seminal Menangkal Radikalisme di Kalangan Pelajar’, di Hall SMK Assaidiyah Mejobo Kudus, Kamis-Jumat (7-8/12).
Diketahui, tenaga pendidik yang mengikuti seminar tersebut, merupakan guru PAI mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Kudus.
Salah satu narasumber seminar, Iptu Subkhan menjelaskan, radikalisme berada ditataran ide dan gagasan, sedangkan terorisme merupakan implementasi dari ide dan gagasan yang diwujudkan dalam bentuk aksi. Maka untuk menangkal gerasakan tersebut, masing-masing caranya pun berbeda.
‘’Guru Agama Islam merupakan mitra utama dalam menangkal radikalisme. Sebab menangkalnya menjadi tanggung jawab kita bersama, terlebih penyebarannya cenderung dibungkus dengan ajaran agama yang dipahami secara sepotong-sepotong,’’ ujar Subkhan.
Sambungnya, guna menangkal penyebaran paham radikal, setiap guru maupun tenaga pendidik lainnya, harus memahami perbedaan antara potensi dan penyebab radikal. Tidak hanya itu, pun harus memahami tahapan terpapar, simpatisan dan ciri radikal. Serta karakter pelajar di era digital.
Setelah memahani itu semua, lanjut Subkhan, yang harus dilakukan adalah menentukan strategi dangan menyamakan frekuwensi serta mengcounter tema dengan konten yang bersifat aple to aple atau sebanding. Sehingga akan dapat membentengi masyarakat dari pengaruh paham radikal.
‘’Maka, kuasai dunia digital sehingga menjadi salah satu media untuk membendung penyebaran paham radikal. Silent majority is minoriti, diamnya yang banyak akan menjadi kekuatan minoritas, maka bersuaralah di segala duni,’’ tegasnya.
Sementara Ketua AGPAII Kudus Sanusi mengatakan, seminar ini digelar atas dasar kekhawatiran para guru Agama Islam, terutama di Kabupaten Kudus. Dimana saat sekarang generasi anak didiknya, dilihat memiliki ketergantungan terhadap dunia internet.
‘’Sedang di dalam dunia internet itu, konten-kontennya berisi propaganda yang dapat mempengaruhi pola pikir anak yang berpotensi menjadi berpaham radikal,’’ ungkapnya.
Dalam rangka mengantisipasi hal tersebut, sambungnya, maka Guru Agama Islam yang notabene sudah memahami ajaran agama yang baik dan benar, perlu mendapat tambahan wawasan terkait ajaran agama yang digunakan sebagai media pesan-pesan penyebaran paham radikalisme.
‘’Kami berharap para guru agama di Kudus, akan mampu membentengi anak didiknya dari pengaruh paham radikal,’’ tutupnya. (F1)